Ponsel Penyelamat
Ponsel Penyelamat
Jam telah menunjukkan pukul 23.45. Aku baru saja selesai
mengerjakan tugasku. Segera aku sikat gigi, mencuci muka dan mencuci kakiku.
Lalu aku kembali ke ranjangku.
Aku memasang alarm untuk pukul 06.30. Aku sedang
kedatangan tamu bulanan, jadi tidak perlu bangun terlalu pagi untuk shalat.
Selepas mematikan lampu, aku mulai tenggelam dalam mimpi.
~~~~~~~~~~~~~~~~
"LARAS! KAMU GAK KERJA? BUKANNYA HARI INI HARI
PERTAMA KAMU KERJA?"
Teriakan yang sangat menggelegar itu membuatku terbangun
dalam keadaan terkejut. Tidak. Lebih tepatnya, SANGAT TERKEJUT. Padahal aku
lagi mimpi jadi orang kaya dadakan. Sangat disayangkan.
Sambil mengucek mata, aku bertanya, "emang ini jam
berapa, sih Kak Ra?"
"Jam sembilan. Bukannya katamu kerja dimulai pukul
sembilan kurang lima belas menit?"
Deg
Mataku langsung terbelalak. Bukannya kemarin aku sudah
memasang alarm di ponsel.
"Lah, kok," Bukannya bergegas mandi dan siap
siap, aku malah meraih ponselku.
Ku pencet tombol power pada ponselku. Tidak menyala. Ku
coba double tap layar ponselku. Lagi lagi tidak menyala. Kucoba sambungkan
dengan charger. Nah. Ternyata....
PONSELKU KEHABISAN BATERAI.
Wajahku menjadi kesal seketika.
"Dek! Kamu gak mandi apa?"
Aku menepuk dahiku. "ASTAGA! Aku lupa!"
Setelah meraih handuk, aku bergegas memasuki kamar mandi
dan melakukan ritual pagiku sebelum memulai aktifitas.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku meraih roti tawar lalu memakannya tanpa olesan
apapun. Mengunyah dengan cepat dan menelan, lalu meminum segelas susu hangat.
"Kak Dara! Aku berangkat dulu, ya! Udah telat nih!"
Selepas menyalakan mesin motor, aku mengendarai motor
matic berwarna biru ku. Namun, selepas menempuh jarak sejauh satu kilometer,
aku memutar balik motorku. Ponselku ketinggalan! Aku hanya membawa powerbank
saja, tanpa ponsel. Ah. Gara gara terlalu buru-buru, sampai lupa bawa ponsel, kan. Semakin telat lah aku.
Setelah melalui perjalanan sambil beberapa kali membalap pengendara lain, aku akhirnya sampai di rumah. Tanpa melepas helm, aku berlari memasuki rumah. Mengundang tatapan heran Kakakku.
"Kenapa lagi, Dek?" Ucapannya itu ku abaikan.
Aku berlari menuju kamarku. Meraih ponselku, lalu berlari
lagi ke luar rumah. Sedangkan kakakku yang melihat keteledoranku hanya
menggelengkan kepala heran.
Aku menyalakan kembali mesin motorku lalu berkendara
dengan kecepatan normal. Meski sebenarnya aku ingin sekali mengebut, tapi itu
bisa membahayakan nyawaku sendiri dan orang lain.
Sampai kemacetan itu datang. Padahal sedikit lagi aku
sampai. Kalau saja ponselku tidak tertinggal, mungkin aku sudah sedari tadi
sampai disini. Aku berteriak frustasi di dalam hati. Kalau gak di dalam hati
malah dikira gila entar. Ngapain coba tiba tiba teriak.
Keberadaan mobil ambulans membuatku mengerutkan kening bingung. Ada apa ini? Sampai akhirnya aku bertanya pada salah satu pengendara motor.
"Maaf. Ini ada apa, ya?"
"Ada kecelakaan, Mbak. Sekitar tiga puluh menit yang
lalu, ada pengemudi truk yang mengantuk. Akhirnya beberapa pengendara yang tadi
lewat ketabrak, deh."
Aku terkesiap. Tiga puluh menit yang lalu. Artinya, jika
ponselku tidak ketinggalan, aku akan berada disini saat truk itu bergerak tak
terkendali.
Tanpa sadar, aku menghela napas lega. Alhamdulillah.
Allah menyelamatkan aku dari suatu musibah. Ternyata benar, di setiap kejadian
pasti ada hikmahnya.
Aku bangun terlambat dan lupa membawa ponsel
menyelamatkanku dari kecelakaan truk. Alhamdulillah.
cukup menarik. Ditunggu cerpen lainnya>_<
BalasHapusTerima kasih sudah membaca! Untuk cerpen lain saya usahakan secepatnya.
HapusCerpen sekalian dakwah ya bagus kak
BalasHapusTerima Kasih🙏
HapusDi tunggu cerpen lainnya. Soalnya seruuuu
BalasHapus